0904/2022. Soal Cara Menghitung Break Even Point (BEP) - Salam sobat Dinas.id, inilah rekomendasi kumpulan contoh soal-soal prakarya dan kewirausahaan kelas 11, XI KD 3.9 SMA Ujian Akhir Semester (UAS), soal Ujian Tengah Semester (UTS) genap, ganjil, gasal. Tentunya sesuai kisi-kisi pertanyaan tentang cara menghitung Break Even Point (BEP).
Rumuscara menghitung HPP makanan adalah Nilai Persediaan Awal + Pembelian Persediaan - Nilai Persediaan akhir. Dengan begitu, nilai HPP per set menu French Fries Anda adalah Rp 32.000 + Rp 505.000 - Rp 157.000 = Rp 380.000. 2. Cara Menemukan Nilai Food Cost Aktual Per Menu Adalah Berikut.
KatalogHarga Promo pula tetap menyiapkan penjelasan Terupdate berhubungan dengan bermacam Katalog Promosi Terbaru, Promosi JSM Terbaru, Harga Sepeda Motor Terkini, Harga Tiket, Harga Hp Terupdate, Cara Menghitung Bep, maupun Daftar Harga Terupdate dan Terlengkap Lainnya.
MenghitungBep Rupiah Dan Bep Unit Youtube from i.ytimg.com. 36+ Contoh Soal Menghitung Bep Sederhana. Penghitungan bep penjualan bep = fc. Feb 11, 2021 ยท cara menghitung dan contoh soal bep (break even point) diketahui: Harga jual barang per unit bernilai rp. Total biaya tetap (fc) bernilai rp. Total biaya variabel (vc) per unit bernilai rp.
FormulaBEP. Harga jual x volume penjualan = fixed-cost + (volume penjualan x variable-cost) Maka jumlah yang minimal harus terjual adalah: Rp20.000 x volume penjualan = Rp1.500.000 + (volume penjualan x Rp10.000) Maka volume penjualan adalah sebanyak 150 cup Bobba. Jika volume penjualan di bawah 150, maka perusahaan mengalami kerugian.
uCXch. Apakah Anda seorang pebisnis? Tentu Anda sering membuat keputusan terkait investasi untuk pengembangan pemasaran. Nah, Anda harus tahu cara menghitung BEP Break Even Point. Break Even Point ini fungsinya untuk menghitung berapa tahun perusahaan dapat menghasilkan keuntungan atau untuk memastikan kapan usaha Anda mengalami balik modal. Ingin tahu lebih lanjut seputar Break Even Point? Simak artikel ini hingga tuntas! Baca juga Terapkan 6 Langkah Ini Untuk Membangun Bisnis Sampingan Sambil Kerja Apa Itu Break Even Point?Fungsi Break Even Point1. Lebih Aware dengan Dana2. Dapat Digunakan sebagai Proyeksi Komponen Break Even PointCara Menghitung Break Even Point1. BEP Berdasarkan Unit2. BEP Berdasarkan Nominal RupiahYuk, Subscribe Sekarang Juga!Related posts Apa Itu Break Even Point? Sumber Break even point atau nama lain dari analisis titik impas diartikan sebagai suatu keadaan atau titik di mana perusahaan dalam kegiatan operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian juga. Singkatnya, break even point adalah titik impas antara besar jumlah laba dan biaya suatu perusahaan dalam posisi yang sama atau seimbang, sehingga dalam prosesnya tidak mendapatkan keuntungan dan kerugian. Lalu apa saja fungsi, komponen serta bagaimana cara menghitung break even point? Selengkapnya akan dijelaskan di bawah ini. Fungsi Break Even Point Sumber Berikut beberapa fungsi dari melakukan perhitungan Break Even Point, diantaranya 1. Lebih Aware dengan Dana Anda dapat mengukur apakah fixed cost, variabel cost dan biaya-biaya lainnya sudah sesuai dengan yang diinginkan. Anda tentu tidak ingin terlalu lama dalam mencapai BEP sehingga dengan melakukan perhitungan BEP dan Anda dapat menentukan apakah dana tersebut terlalu besar untuk diterapkan. 2. Dapat Digunakan sebagai Proyeksi Berapa volume unit yang diperlukan untuk mencapai target BEP. Sehingga bisa menentukan target penjualan secara harian, bulanan, mingguan, hingga tahunan. Berapa nominal rupiah penjualan yang harus dicapai sehingga mendapatkan balik modal dan memproyeksikan kapan sudah dapat mendapatkan keuntungan. Komponen Break Even Point Sumber Dalam menghitung berapa besar BEP atau titik impas tentu saja memerlukan komponen-komponen. Berikut ini merupakan komponen dari BEP Biaya Tetap Fixed Cost, baik ketika perusahaan sedang berproduksi maupun tidak berproduksi. Biaya Variable Variabel Cost, Komponen ini bersifat dinamis dan bergantung pada tingkat volume produksinya. Jika produksi meningkat, maka biaya variabel juga akan meningkat. Harga Jual Selling Price, harga jual per unit barang atau jasa yang telah diproduksi. Baca juga 5 Hal yang Harus Diketahui Sebelum Melalui Bisnis Reseller Sumber 1. BEP Berdasarkan Unit Titik pulang pokok BEP yang dinyatakan dalam jumlah penjualan produk di nilai tertentu. Dalam hal ini kita akan memperkirakan pada jumlah produk ke berapa bisnis kita akan mengalami balik modal atau Break Even Point. Maka rumusnya BEP Unit = Biaya Tetap / Harga per unit โ Biaya Variable per Unit Contoh Perhitungan dengan Rumus BEP Unit Pak Rahmat memiliki sebuah usaha toko sepeda dengan fixed cost sebesar Rp. Variable Cost adalah sebesar Rp. dengan harga jual Rp. Maka, dapat dihitung BEP per unitnya yaitu BEP Unit = Biaya Tetap / Harga per unit โ Biaya Variable per Unit = Rp. Rp. โ Rp. = Rp. / = pembulatan ke atas menjadi 4 unit Dengan begitu, Pak Rahmat dapat mengalami balik modal jika mampu menjual 4 unit sepeda dalam satu bulannya. Pada penjualan sepeda ke 5, maka Rahmat sudah menuai keuntungan karena biaya tetap sudah tertutupi oleh penjualan 4 unit sepeda sebelumnya. 2. BEP Berdasarkan Nominal Rupiah Menghitung titik pulang pokok, dalam jumlah penjualan atau harga penjualan P tertentu. Dalam hal ini kita akan memperkirakan pada jumlah nominal penjualan berapa bisnis akan mengalami balik modal atau Break Even Point. Maka rumusnya BEP Rupiah = Biaya Tetap / Kontribusi Margin per unit / Harga per Unit Contoh Perhitungan dengan Rumus BEP Rupiah Pak Dedi memiliki sebuah toko mebel dengan fixed cost sebesar Rp. Variable Cost usahanya adalah sebesar Rp. dengan harga jual Rp. . Maka, dapat dihitung BEP rupiahnya yaitu BEP Rupiah = Biaya Tetap / Kontribusi Margin per unit / Harga per Unit = Rp. / harga jual โ variabel cost/harga per unit = Rp. / โ = Rp. = Rp. Yuk, Subscribe Sekarang Juga! Dengan begitu, Pak Dedi dapat mengalami BEP ketika angka penjualan sudah mencapai Rp. setelah melewati jumlah penjualan tersebut, misalnya pada angka rupiah sebesar Rp. maka Pak Dedi sudah balik modal atau BEP sehingga penjualan setelahnya Pak Dedi sudah bisa menghitung keuntungan. Demikianlah informasi mengenai Break Even Point mulai dari pengertian, fungsi, komponen, hingga cara perhitungannya. Semoga informasi ini dapat bermanfaat, semoga bisa membantu Anda untuk mengaplikasikan hitungan Break Even Point ini pada bisnis atau usaha Anda. Selamat mencoba! Ingin menemukan informasi menarik lainnya? Kunjungi artikel lainnya pada situs blog Evermos. Related posts
Setiap usaha yang dijalankan mesti dilakukan perhitungan sebaik mungkin terkait untung rugi yang didapatkan, serta sejauh mana kemampuan bertahan usaha tersebut. Termasuk dalam hal ini jika Anda membuka usaha restoran. Oleh karena itu, selaku pengelola usaha restoran, Anda harus mengetahui cara menghitung BEP usaha restoran. Istilah Break even point BEP mengacu kepada total penjualan dalam periode tertentu yang nantinya akan digunakan menutupi kebutuhan operasional. Dengan mengetahui nilai BEP, Anda lebih mampu menakar kemungkinan risiko ketika membuka usaha restoran, di samping menentukan batas minimal agar restoran dapat bertahan. Perhitungan dalam BEP akan menunjukkan jumlah profit yang bisa terealisasi. Dalam usaha restoran, BEP merujuk pada jumlah dari pendapatan yang harus diperoleh agar bisa menutup pengeluaran. Formula dasar yang digunakan dalam BEP adalah fixed cost dibagi 1 dikurangi persentase variable cost. Apa Itu Fixed Cost atau Variable Cost dalam Perhitungan BEP1. Fixed Cost2. Variable Cost3. Semi-Variable CostContoh Break Event PointContoh Persentase Biaya Apa Itu Fixed Cost atau Variable Cost dalam Perhitungan BEP Mengetahui cara menghitung BEP usaha restoran sangat diperlukan agar restoran mampu bersaing dan mendapatkan profit. Cara Perhitungannya sangat mudah, cukup pisahkan menjadi dua kategori utama, yaitu fixed cost atau variable cost. Untuk rinciannya, silahkan baca di bawah 1. Fixed Cost Fixed cost tidak akan mengalami perubahan nilai, berapapun banyaknya makanan yang diproduksi dalam restoran. Contoh fixed cost seperti biaya sewa lahan, pajak, sewa gedung, asuransi, penurunan nilai alat, bahkan upah karyawan. Terkadang upah sebagian staff juga dimasukkan ke dalam hitungan fixed cost, selama bisa diprediksi dan sesuai dalam perjanjian kerja. Contohnya seperti seperti kasir, juru masak, manajer, dan cleaning service. Tapi untuk staff yang khusus dipekerjakan dalam rangka kebutuhan bisnis yang mengalami peningkatan, tidak dimasukkan ke dalam hitungan fixed cost. Demikian pula dengan sebagian fasilitas yang digunakan semisal pemanas dan lampu, dimasukkan juga ke dalam hitungan fixed cost. Cara perhitungannya adalah berdasarkan kebutuhan minimal pemakaian yang berkaitan erat dengan jumlah penjualan. Berdasarkan tinjauan umum, fixed cost terbagi menjadi dua yaitu controllable dan uncontrollable. Controllable fixed cost bisa saja mengalami perubahan dalam jangka pendek. Contoh hal ini adalah gaji petugas cleaning service yang sudah dianggarkan secara tetap, tetapi masih ada kemungkinan mengalami pemotongan anggaran karena berkurangnya service yang dibutuhkan. Uncontrollable fixed cost dikategorikan sebagai biaya yang tidak dapat diubah secara cepat oleh manajemen. Contoh hal ini adalah biaya sewa lahan, pembayaran leasing, termasuk depresiasi nilai alat. Berdasarkan hitungan dasar, yang dianggap fixed cost hanyalah overhead cost. 2. Variable Cost Variable cost dikategorikan sebagai biaya yang berhubungan erat dengan penjualan. Contohnya seperti tisu makan yang bervariasi, tergantung dari peningkatan atau penurunan penjualan. Termasuk juga dalam kategori variable cost adalah yang berkaitan dengan makanan, sayur, serta upah pekerja. Pengeluaran biaya yang masuk dalam kategori variable cost bisa dikontrol, terkandung situasi dan kondisi. Misalnya, takaran porsi penyajian yang bisa diubah, jam kerja sebagian pekerja yang dikurangi karena beberapa pertimbangan, serta yang lainnya. 3. Semi-Variable Cost Terkadang juga upah pekerja ada yang dimasukkan ke dalam golongan semi-variable cost. Tergantung tetap dan tidak status pekerja tersebut. Umumnya gaji pekerja dapat dikontrol dengan cara menentukan jumlah karyawan yang ditugaskan dalam satu shift, termasuk berapa jam kerja karyawan dalam satu shift tersebut. Hanya saja, terkadang upah pekerja seringkali dibuatkan kategori sendiri. Namun dalam konteks ini, gaji mereka dimasukkan ke dalam biaya semi-variable. Saat mengelola restoran, biaya yang diperlukan cukup bervariasi, tergantung banyaknya tingkat penjualan yang terjadi. Contoh Break Event Point Untuk menutupi pengeluaran yang terjadi pada usaha restoran yang dijalankan hanya dengan mendapatkan penjualan. Ketika tingkat penjualan menjadi seimbang dengan upah pekerja, biaya overhead, dan makanan, maka BEP sudah bisa tercapai. Cara menghitung BEP usaha restoran berdasarkan formulasi perhitungannya adalah sebagai berikut Penjualan = gaji pekerja + biaya overhead + biaya makanan Contoh penerapan perhitungan di atas yaitu jika gaji karyawan setiap minggu sebesar 2 juta rupiah, biaya overhead sebesar 1 juta rupiah, serta biaya makanan sebesar 4 juta rupiah. Maka secara kalkulasi, BEP akan terjadi saat penjualan sudah mencapai 7 juta rupiah. Kata lainnya, usaha restoran yang dikelola hanya mampu bertahan jika pendapatan minimal sebesar 7 juta rupiah dalam satu minggu. Nilai lebih dari jumlah tersebut sebagai profit. Perhitungan profit atau keuntungan didapatkan dari perhitungan hasil penjualan yang dikurangi dengan semua biaya yang dikeluarkan. Contoh perhitungannya sebagai berikut Profit = sales โ gaji pekerja + biaya overhead + biaya makanan Contoh Persentase Biaya Hal penting lainnya yang juga perlu diperhatikan dalam industri restoran adalah menghitung persentase biaya, baik secara umum maupun persentase biaya pembelian bahan makanan secara khusus. Usaha restoran yang berjalan baik biasanya persentase biayanya tidak banyak berubah, meskipun nilai tukar mengalami perubahan dari hari ke hari. Jika volume penjualan mengalami kenaikan, tentunya menyebabkan efisiensi anggaran. Dengan begitu, biaya produksi juga ikut menurun sehingga profit mengalami peningkatan. Persentase biaya bisa dihasilkan melalui pembagian total biaya dengan tingkat penjualan. Formula perhitungannya adalah sebagai berikut Persentase biaya = total biaya dibagi total penjualan yang biaya makanan = biaya pembelian bahan makan dibagi total penjualan yang biaya pekerja = biaya upah pekerja dibagi total penjualan yang biaya overhead = biaya overhead dibagi total penjualan yang dihasilkan. Sebagai contoh, sebuah restoran yang mempunyai total penjualan sebesar Rp. 40 juta. Biaya pembelian bahan makanan sebesar Rp. 13 juta, sedangkan gaji pekerja sebesar Rp. 9 juta, dan biaya overhead sebesar Rp. 8 juta. Untuk menentukan persentase biaya, pastikan persentase selalu dijadikan dalam porsi 100. Nantinya pecahan desimal hasil dari biaya dibagi dengan total penjualan akan dikalikan dengan 100. Persentase biaya makanan = biaya pembelian bahan makan dibagi total penjualan yang dihasilkan Rp. 13 juta / Rp. 40 juta = Selanjutnya dikalikan 100, jadi x 100 = 32,5%.Persentase biaya pekerja = biaya upah pekerja dibagi total penjualan yang dihasilkan Rp. 9 juta / Rp. 40 juta = Selanjutnya dikalikan 100, jadi x 100 = 22,5%.Persentase biaya overhead = biaya overhead dibagi total penjualan yang dihasilkan Rp. 8 juta / Rp. 40 juta = Selanjutnya dikalikan 100, jadi x 100 = 20%. Sedangkan untuk total profit yang didapatkan dari penjualan, cara menghitungnya dengan dikurangi gaji pekerja + biaya overhead + biaya makanan Rp. 40 juta โ Rp. 9 juta + Rp. 8 juta + Rp. 13 juta = Rp. 40 juta โ Rp. 30 juta. Jadi total profitnya sebesar Rp. 10 juta. Demikianlah informasi mengenai cara menghitung BEP usaha restoran yang bisa saya bagikan pada artikel kali ini. Semoga bermanfaat.
1. Pengertian Titik Impas Break Even Point Break Even Point BEP dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan. BEP amatlah penting kalau kita membuat usaha agar kita tidak mengalami kerugian, diantara manfaat BEP adalah a. Alat perencanaan untuk hasilkan laba b. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan. c. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan d. Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafk yang mudah dibaca dan dimengerti 2. Strategi Menetapkan Harga Jual Makanan Khas Daerah Menentukan harga jual produk yang paling sesuai dan tepat tidaklah mudah untuk wirausawan yang baru memulai usahanya. Harga jual sangat berkaitan dengan tingkat penjualan dan tingkat keuntungan yang ditetapkan. Jika menetapkan harga terlalu mahal, dikhawarirkan pelanggan akantidak jadi membeli produk. Sedangkan jika menjual produk terlalu murah, maka akan menghasilkan laba dengan tingkat yang rendah. Menentukan harga jual yang asal-asalan akan meningkatkan resiko kerugian. Oleh karena itu, ketika akan menetapkan harga jual produk perlu melakukan suatu perhitungan yang matang. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum menentukan harga jual suatu produk. Hal-hal yang harus diperhatikan di antaranya adalah faktor pelanggan, pesaing, biaya, dan juga kemanfaatan untuk usaha anda sendiri. Faktor-faktor tersebut dijelaskan di bawah ini. a. Pelanggan. Pelanggan merupakan prioritas utama dalam usaha makanan khas daerah, jadi pastikan bahwa harga jual yang ditetapkan akan dapat di terima oleh pelanggan. Pelanggan akan dengan senang hati membeli produk yang ditawarkan jika harga yang diberikan terjangkau dan kualitas barang pun berbanding lurus dengan kualitas barang. b. Pesaing. Pastikan bahwa harga jual produk dapat bersaing dengan harga jual produk pesaing. Perhatikan tingkat keuntungan. Jangan mengambil keuntungan yang terlalu besar karena akan menyebabkan harga jual terlalu mahal. Ada baiknya menurunkan tingkat keuntungan sehingga harga yang ditawarkan dapat bersaing dengan harga yang ditetapkan dengan pesaing. c. Biaya, Pastikan harga jual produkyang di tetapkan dapat menutup biayabiaya yang telah terjadi. Ini artinya harus benar-benar jeli dan teliti dalam menghitung biaya yang terjadi, pastikan bahwa tidak ada biaya yang tidak dimasukkan dalam perhitungan. Jika saja ada biaya yang tidak terhitung, akan menyebabkan harga yang tidak tepat, sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat keuntungan, bahkan akan menyebabkan kerugian. d. Kemanfaatan untuk usaha. Harga jual yang ditetapkan di nilai pantas jika harga dapat memberikan keuntungan yang di harapkan. Seandainya saja keuntungan yang diharapkan dapat tercapai, akan mempermudah dalam mengembangkan usaha yang sudah dirintis. 3. Menghitung BEP Dalam menghitung Break Even Point diperlukan komponen penghitungan dasar seperti berikut ini a. Fixed Cost. Komponen ini merupakan biaya tetap atau konstan ada walaupun tidak ada kegiatan produksi. Contoh biaya ini yaitu biaya tenaga kerja, biaya penyusutan mesin, dll. b. Variabel Cost. Komponen ini merupakan biaya per unit yang sifatnya dinamis tergantung dari tindakan volume produksinya. Jika produksi yang direncanakan meningkat, berarti variabel cost pasti akan meningkat. Contoh biaya ini yaitu biaya bahan baku, biaya listrik, dll. c. Selling Price. Komponen ini adalah harga jual per unit barang atau jasa yang telah diproduksi. Diasumsikan dalam satu kali proses produksi digunakan 10 kg daging yang akan menghasilkan sekitar 40 bungkus rendang ukuran 1/4kg. Perhitungan biaya produksi dan keuntungannya adalah sebagai berikut 1 Biaya variabel 2 Biaya tetap 3 Total biaya Total biaya = Biaya variabel + Biaya tetap = Rp. + Rp. = Rp. 4 Penerimaan kotor Penerimaan kotor = Jumlah produksi x Harga produksi 5 Pendapatan bersih Laba Pendapatan bersih = Penerimaan kotor โ Total biaya = Rp. โ Rp. = Rp. Jadi perkiraan pendapatan untuk satu kali produksi, yaitu sebanyak 10 kg rendang akan mendapatkan laba/keuntungan sebesar Rp.